Indonesia Super League 2010/2011 telah dimulai kemarin sore (26/09). Laga pembuka yang ditunggu-tunggu pecinta sepakbola Indonesia antara tuan rumah, Semen Padang, melawan Persipura telah dilangsungkan. Namun, belum genap 90 menit berjalan, wasit pun harus menghentikan pertandingan. Pertandingan ditunda bukan lantaran insiden kerusuhan (seperti musim2 yang sebelumnya), tetapi karena buruknya kondisi lapangan yang tergenang air hujan. Meski akhirnya pertandingan kembali dilanjutkan dengan kondisi lapangan yang juga masih terdapat banyak genangan air dengan skor akhir imbang, Semen Padang 1 – 1 Persipura.
Hujan yang turun sejak sebelum pertandingan dimulai hingga akhirnya dihentikan tak juga berhenti. Alhasil lapangan pun tergenang bak sawah yang sedang dialiri air. Aku jadi bertanya-tanya, sejauh mana penilaian/verifikasi standar lapangan (secara khusus, bukan stadion secara umum) yang layak bagi Liga Super, mengingat ini adalah kompetisi tertinggi di Liga Indonesia. Dan juga yang perlu ditanyakan di sini, bagaimana bisa lapangan di Std. H. Agus Salim bisa lolos verifikasi PT LI? Melihat kondisi drainase yang sangat buruk seperti yang terjadi kemarin.
Kondisi yang demikian tersebut tentunya berdampak tak hanya di satu segi. Bagi jalannya kompetisi ISL sendiri tentu juga akan mendapatkan dampaknya. Dengan ditundanya pertandingan, otomatis akan memerlukan waktu tambahan untuk menggelar pertandingan lanjutan untuk menyelesaikan waktu hingga 90 menit. Dampaknya adalah akan menggeser jadwal pertandingan ISL selanjutnya, mengingat jadwal pertandingan yang sangat padat. Sudah menjadi rahasia umum bahwa jarak pertandingan yang satu ke pertandingan lain hanya 2-3 hari.
Bagi klub yang bermain tandang, pemain dan ofisial harus menempuh jarak tempat pertandingan yang relative jauh ke kandang klub yang menjadi lawan selanjutnya. Hal ini akan berdampak pada kondisi fisik pemain dan akhirnya akan berdampak pada performa permainan tim saat bertanding. Selain itu, bagi stasiun TV yang menyiarkan pertandingan, mau tidak mau harus menghentikan siarannya dan akhirnya mempengaruhi jadwal acara dari stasiun TV tersebut.
Kembali ke masalah kelayakan lapangan (aku tekankan lagi, LAPANGAN khususnya, bukan stadion secara umum). Seandainya (boleh kan berandai!) setiap stadion yang digunakan di ISL setidaknya minimal memiliki kondisi lapangan yang tidak bergelombang dan drainase yang baik (minimal tidak terjadi banyak genangan seperti di lapangan Std H. Agus Salim kemarin), apalagi dengan rumput yang bagus, tentu akan mempengaruhi permainan tim sehingga dapat menjalankan strategi yang sudah dirancang dengan baik dan pecinta sepakbola di Indonesia pun mendapat suguhan tontonan yang menarik. Untuk sebagai contoh, minimal seperti lapangan di Std Kanjuruhan, Std. Gelora Jakabaring, Std Jalak Harupat atau Std. Gelora Bung Karno dan lainnya yang sudah standar AFC.
Itu baru berandai-andai, tapi harapanku kelak setiap klub bisa mempunyai stadion yang benar-benar layak untuk dijadikan sebagai tempat menggelar pertandingan Liga Indonesia, kalau bisa malah minimal sesuai dengan standar AFC. Percuma juga kan mempunyai klub dengan pemain yang level internasional tetapi punya stadion yang lapangannya tidak rata dan jadi ‘kolam’ saat hujan?
0 comments:
Post a Comment