Tuesday, October 5, 2010

SUDAHKAH KITA SPORTIF DAN DEWASA SEBAGAI PENONTON/SUPORTER SEPAKBOLA?

Pertandingan sepakbola tak akan seru dan ramai tanpa hadirnya penonton atau kelompok supporter yang mendukung klub yang bertanding. Seperti di Indonesia, yang kebanyakan supporter itu kreatif dan menarik untuk dilihat. Tapi, menjadi tidak menarik dan tidak pantas lebih tepatnya, ketika ada sebagian kecil maupun besar dari penonton maupun kelompok supporter yang ‘bertingkah ‘.

Tentunya bagi pecinta sepakbola Indonesia tahu maksud dari ‘tingkah’ (lebih tepatnya) oknum supporter saat pertandingan sepakbola. Anehnya, justru ‘ulah dan tingkah’ mereka sudah menjadi hal yang biasa dan wajar, sungguh benar-benar salah kaprah. Kapankah penonton dan supporter sepakbola di Indonesia bisa benar-benar dewasa?

Lagi-lagi saya menulis soal supporter sepakbola di Indonesia, bukan karena saya tak suka, tapi justru karena kepedulianku terhadap supporter-suporter dan sepakbola Indonesia. Tulisan ini berdasarkan penglihatan dan pengamatan serta pengalaman saya sebagai seorang yang amat cinta terhadap sepakbola Indonesia.

Masalah penonton maupun suporter sepakbola, sebenarnya akhir-akhir ini lebih baik dibandingkan beberapa tahun ke belakang, entah itu rusuh, tawur, bahkan sampai menimbulkan korban jiwa. Semoga tidak terjadi lagi dan memang tidak boleh terjadi. Tapi masih saja dijumpai ‘ulah’ beberapa oknum yang bisa dibilang tidak sportif dan belum dewasa. Bukankah kita ke stadion untuk menonton dan mendukung klub yang bertanding, bukan menonton ulah penonton atau supporter yang saling ejek apalagi saling pukul.

Bicara masalah sportif dan kedewasaan seorang penonton/supporter, sebenarnya sampai batas mana seorang penonton/supporter bisa dikatakan sudah sportif maupun sudah dewasa? Lagi-lagi ini berdasarkan pengamatan dan pengalaman saya yang sudah-sudah serta sejauh yang saya tahu tentang bagaimana menjadi penonton/supporter yang sportif dan dewasa.
Berkelahi, tawur, rusuh, dan yang berbau anarkis tentunya bukanlah tindakan yang sportif dan dewasa sebagai penonton/supporter sepakbola. Meski sudah jarang (atau memang kurang terekspos dank arena saya tidak tahu saja?), tapi bukan berarti hal ini tidak bisa terjadi kembali, sebelum penonton/supporter bisa merubah dirinya ke arah yang lebih baik.

Justru yang sekarang sering dan masih dilakukan adalah ejekan dan lemparan botol baik kepada supporter tim lawan, ofisial tim, pelatih, pemain, maupun wasit dan asistennya. Ejekan kepada klub dan supporternya yang mereka rasa menjadi musuhnya, ejekan kepada wasit ketika wasit yang memimpin pertandingan mereka rasa tidak adil kepada klub yang didukungnya yang disertai dengan lemparan botol dan lainnya yang bisa dilempar. Yang dikhawatirkan adalah ketika ejekan-ejekan itu menjurus ke arah rasisme.

Yang menarik adalah seolah klub yang didukungnya harus selalu benar. Dan ketika wasit meniup peluit tanda salah seorang pemain klub yang didukungnya melakukan pelanggaran, atau ketika pemain klub yang didukungnya dilanggar pemain lawan tetapi wasit tidak menganggap pelanggaran, atau sesuatu insiden yang wasit seolah tidak memihak kepada klub yang mereka dukung, maka serentaklah ucapan kata-kata tak pantas keluar dari mulut-mulut mereka dan sesekali disertai lemparan barang-barang yang bisa dilempar.
Bagi saya, tindakan seperti itu sungguh tindakan yang tidak menghargai wasit sebagai pemimpin pertandingan. Saya rasa sekarang wasit-wasit di Indonesia sudah lebih baik dibandingkan beberapa tahun yang lalu. Tapi bukan berarti mereka (wasit) tak lagi melakukan kekeliruan, bukankah wasit-wasit internasional juga pernah melakukan kekeliruan dan kesalahan, bahkan di turnamen se-akbar Piala Dunia sekalipun.

Terlebih ketika klub yang didukungnya kalah di kandang dan wasit menjadi kambing hitam kekalahan itu. Saya bisa jamin. Masih ada beberapa oknum yang memprovokasi entah itu bertindak anarkis atau yang lainnya. Sungguh bukanlah tindakan yang sportif dan dewasa.

Sportif dan dewasa adalah ketika kita bisa menghargai wasit dan asistennya yang memimpin jalannya pertandingan, ketika kita bisa menerima dan mengakui kekalahan klub yang kita dukung dan kemenangan klub lawan. Sportif dan dewasa juga adalah ketika kita bisa menghargai klub lawan yang kalah dari klub yang kita dukung, bukan malah diejek dan sebagainya.

Dan ketika semua supporter sepakbola di Indonesia bisa menjadi satu saudara, bukan terpecah belah karena mungkin masa lalu yang membuat antara supporter yang satu bermusuhan dengan yang lain sampai sekarang. Sudah saatnya kita berubah, demi kita sendiri, dan juga demi sepakbola Indonesia.

Bukankah kita ingin sepakbola maju? Mulailah dari diri kita sendiri, sudahkah kita sportif dan dewasa menjadi seorang penonton/supporter sepakbola?


Selengkapnya...

Monday, September 27, 2010

DAMAI SUPORTER INDONESIA, DEMI SEPAKBOLA INDONESIA!

Beberapa hari belakangan ini, tepatnya hari Senin (20/09) dan Rabu (22/09) kemarin, aku ke Stadion Manahan, Solo untuk menyaksikan turnamen AFF U-16 Championship yang mempertandingkan 4 negara, yaitu Indonesia (tuan rumah), Vietnam, China PR, dan Timor Leste. Tentunya aku ke stadion untuk menonton para Garuda Muda berlaga, Indonesia pasti! Sebagai warga negara Indonesia tentunya ‘bangga’ ketika bisa menyaksikan timnas bertanding dan bisa meraih juara, terlebih sebagai ‘pecinta’ sepakbola. Tapi yang bakal aku bahas di sini bukan tentang hasil turnamen ini, melainkan mengenai ‘ulah’ suporter sepakbola, khususnya di Indonesia.

Di hari pertama, Senin (20/09), kebetulan timnas Indonesia U-16 bertanding melawan Timor Leste. Kebetulan juga pendukung dari timnas Timor Leste datang ke stadion meskipun cuma sedikit, mungkin tak mencapai seratus. Berbeda bila dibandingkan pendukung timnas Indonesia yang mencapai ratusan lebih. Awalnya semua berjalan lancar dan baik-baik saja, sampai di babak kedua, entah siapa yang memulai, tiba-tiba dari tribun sebelah utara terjadi keributan. Rupanya ada seorang pendukung yang membawa bendera Timor Leste yang dikejar para pendukung Indonesia. Kejadian ini memicu gesekan antar pendukung meski hanya saling lempar plastik dan botol. Tapi kemudian berhasil diredam oleh aparat keamanan. Coba kalau sampai Indonesia diberi sanksi karena insiden ini, mau sepakbola Indonesia semakin terpuruk? Aku bakal jawab dengan tegas, “ Tidak!”

Di hari kedua, Rabu (22/09), Timnas Indonesia melawan Vietnam. Pada pertandingan ini, tak ada pendukung Vietnam yang datang, mungkin karena jarak yang jauh dan yang main adalah timnas junior. Meskipun begitu, tadinya yang aku kira akan tidak terjadi ‘keributan’ antar suporter, ternyata terjadi. Sayangnya yang berkelahi adalah sesama warga negara Indonesia yang pastinya sedang mendukung Garuda Muda yang bertanding. Usut punya usut, ternyata yang berkelahi adalah penonton dari Semarang (beratribut Panser – Suporter PSIS) dengan penonton yang membawa atribut Jakmania (Suporter Persija). Astaghfirullah, sesama warga negara Indonesia, sesama pecinta sepakbola, kok saling pukul! Kenapa tidak ikut perlombaan tinju saja?

Gesekan antarsuporter! Menarik? Aku rasa tidak dan harusnya tidak boleh lagi terjadi. Memang, fenomena ini sudah menjadi hal yang ‘biasa’ di persepakbolaan Indonesia, yang merah bermusuhan dengan yang hijau, yang hijau bermusuhan dengan yang biru, yang biru pun juga bermusuhan dengan yang kuning, tapi yang merah bersaudara dengan yang biru (hanya ilustrasi). Kenapa bisa begitu? Aku sendiri juga tidak tahu. Bahkan yang berdekatan wilayahnya pun juga kadang bermusuhan. Atau malahan, sesama suporter salah satu klub pun juga kadang berkelahi ketika menonton pertandingan di stadion. Saling lempar botol ke arah wasit, pemain, atau antarsuporter, serta mengejek dengan kata yang tidak sepatutnya juga merupakan ulah suporter yang sering dilakukan. Itu yang pernah aku lihat dengan mata kepala sendiri saat aku menonton pertandingan sepakbola di stadion. Ini menunjukkan bahwa suporter di Indonesia belum bisa ‘dewasa’.

Lalu mau sampai kapan? Katanya ingin sepakbola Indonesia maju! Katanya ingin sepakbola Indonesia profesional! Tapi kenapa hanya bisa ‘menuntut’? Apa dengan ‘menyalahkan’ pengelola sepakbola dan menyuruh mereka ‘mundur’ bisa membuat sepakbola negeri ini benar-benar maju dan profesional? Apakah yang namanya maju dan profesional itu ‘memperbolehkan’ adanya perkelahian, tawuran, dan ejekan yang mengarah kepada rasisme, serta ulah lainnya yang tidak patut dan tak sportif? Ayolah! Aku yakin kita bisa berubah! Aku yakin sepakbola Indonesia akan maju, profesional, dan berprestasi! Tapi setidaknya, marilah kita terlebih dahulu merubah sikap kita sebagai suporter sepakbola. Hargai keputusan wasit, terima kekalahan, dan janganlah karena menang kita mengejek suporter klub lawan!

Kita boleh berbeda suku dan warna klub yang kita dukung, tapi ingat kita itu SATU, dan kita itu SAUDARA!

Damai Suporter Indonesia, Demi Sepakbola Indonesia!


Selengkapnya...

Lapangan yang layak digunakan di ISL

Indonesia Super League 2010/2011 telah dimulai kemarin sore (26/09). Laga pembuka yang ditunggu-tunggu pecinta sepakbola Indonesia antara tuan rumah, Semen Padang, melawan Persipura telah dilangsungkan. Namun, belum genap 90 menit berjalan, wasit pun harus menghentikan pertandingan. Pertandingan ditunda bukan lantaran insiden kerusuhan (seperti musim2 yang sebelumnya), tetapi karena buruknya kondisi lapangan yang tergenang air hujan. Meski akhirnya pertandingan kembali dilanjutkan dengan kondisi lapangan yang juga masih terdapat banyak genangan air dengan skor akhir imbang, Semen Padang 1 – 1 Persipura.

Hujan yang turun sejak sebelum pertandingan dimulai hingga akhirnya dihentikan tak juga berhenti. Alhasil lapangan pun tergenang bak sawah yang sedang dialiri air. Aku jadi bertanya-tanya, sejauh mana penilaian/verifikasi standar lapangan (secara khusus, bukan stadion secara umum) yang layak bagi Liga Super, mengingat ini adalah kompetisi tertinggi di Liga Indonesia. Dan juga yang perlu ditanyakan di sini, bagaimana bisa lapangan di Std. H. Agus Salim bisa lolos verifikasi PT LI? Melihat kondisi drainase yang sangat buruk seperti yang terjadi kemarin.

Kondisi yang demikian tersebut tentunya berdampak tak hanya di satu segi. Bagi jalannya kompetisi ISL sendiri tentu juga akan mendapatkan dampaknya. Dengan ditundanya pertandingan, otomatis akan memerlukan waktu tambahan untuk menggelar pertandingan lanjutan untuk menyelesaikan waktu hingga 90 menit. Dampaknya adalah akan menggeser jadwal pertandingan ISL selanjutnya, mengingat jadwal pertandingan yang sangat padat. Sudah menjadi rahasia umum bahwa jarak pertandingan yang satu ke pertandingan lain hanya 2-3 hari.

Bagi klub yang bermain tandang, pemain dan ofisial harus menempuh jarak tempat pertandingan yang relative jauh ke kandang klub yang menjadi lawan selanjutnya. Hal ini akan berdampak pada kondisi fisik pemain dan akhirnya akan berdampak pada performa permainan tim saat bertanding. Selain itu, bagi stasiun TV yang menyiarkan pertandingan, mau tidak mau harus menghentikan siarannya dan akhirnya mempengaruhi jadwal acara dari stasiun TV tersebut.

Kembali ke masalah kelayakan lapangan (aku tekankan lagi, LAPANGAN khususnya, bukan stadion secara umum). Seandainya (boleh kan berandai!) setiap stadion yang digunakan di ISL setidaknya minimal memiliki kondisi lapangan yang tidak bergelombang dan drainase yang baik (minimal tidak terjadi banyak genangan seperti di lapangan Std H. Agus Salim kemarin), apalagi dengan rumput yang bagus, tentu akan mempengaruhi permainan tim sehingga dapat menjalankan strategi yang sudah dirancang dengan baik dan pecinta sepakbola di Indonesia pun mendapat suguhan tontonan yang menarik. Untuk sebagai contoh, minimal seperti lapangan di Std Kanjuruhan, Std. Gelora Jakabaring, Std Jalak Harupat atau Std. Gelora Bung Karno dan lainnya yang sudah standar AFC.

Itu baru berandai-andai, tapi harapanku kelak setiap klub bisa mempunyai stadion yang benar-benar layak untuk dijadikan sebagai tempat menggelar pertandingan Liga Indonesia, kalau bisa malah minimal sesuai dengan standar AFC. Percuma juga kan mempunyai klub dengan pemain yang level internasional tetapi punya stadion yang lapangannya tidak rata dan jadi ‘kolam’ saat hujan?


Selengkapnya...

Hasil ISL 10/11 Pekan Perdana

Indonesia Super League 2010/2011 akhirnya dimulai. Dibuka oleh 5 pertandingan yaitu di Padang (2 pertandingan, Jepara, Kediri, dan Karawang. Dua pertandingan berakhir dengan kemenangan baik bagi tuan rumah dan tamu, 3 pertandingan berakhir imbang. Sebanyak 13 gol pun tercipta di lima pertandingan tersebut. Dan bahkan, satu pertandingan harus dihentikan sementara setelah lapangan tergenang air hujan sehingga permainan tak berjalan dengan semestinya. 

Di Padang, tepatnya di Std. H. Agus Salim, dua pertandingan digelar di sini. Stadion yang semestinya hanya menjadi kandang bagi PS Semen Padang ini, untuk musim ini juga dipakai oleh PSPS Pekanbaru yang stadionnya tak lolos verifikasi. PS Semen Padang mengawali laga perdana dengan menjamu Persipura Jayapura. Pertandingan antara Semen Padang dan Persipura inilah yang harus dihentikan wasit dimenit ke-67 setelah lapangan tak lagi layak digunakan karena genangan air setelah hujan turun dengan deras sepanjang pertandingan berlangsung. Tapi akhirnya pertandingan dilanjutkan setelah 2x30 menit tertunda. Pertandingan yang awalnya menarik pun berakhir imbang 1 - 1. 

Malam harinya, giliran PSPS Pekanbaru yang menjamu Persija Jakarta. Lapangan yang tadinya penuh genangan air, akhirnya dapat kembali digunakan setelah air surut. Meski masih ada beberapa bagian yang tergenang air, tapi pertandingan dapat dilangsungkan. Pertandingan pun berakhir imbang 2 - 2. Persija gagal mempertahankan keunggulan 0 - 2 dan mampu disamakan oleh PSPS.

Hasil imbang juga diraih tuan rumah Persibo Bojonegoro melawan tamunya, Persiba Balikpapan. Persibo yang stadionnya juga tak lolos verifikasi harus pindah ke stadion lain, untuk sementara ini menggunakan Std. Brawijaya, Kediri (markas Persik Kediri). Persibo ditahan imbang 1 - 1 oleh Persiba. Di Jepara, Persijap Jepara gagal memanfaatkan faktor tuan rumah. Dengan dukungan ribuan suporternya, Persijap ditaklukkan PSM Makassar 0 - 1. Kejutan muncul di Karawang setelah tuan rumah, Pelita Jaya mampu menaklukkan Persiwa Wamena 4 - 0 di Std. Singaperbangsa, Karawang. Untuk sementara ini, Pelita Jaya masih memuncaki klasemen disusul PSM dengan nilai 3. 

Berikut hasil lengkap pekan perdana ISL 2010/2011:

Persibo Bojonegoro 1 - 1 Persiba Balikpapan (Sultan Samma 67' ; Samsul Arif 56')
PS Semen Padang 1 - 1 Persipura Jayapura (E.J. Wilson 7' ; Boaz S. 20')
Persijap Jepara 0 - 1 PSM Makassar (Andi Oddang 44')
Pelita Jaya FC 4 - 0 Persiwa Wamena (E. Melgiansyah 24', Joko Sasongko 41', Jajang M. 66', Andesi S.P. 84')
PSPS Pekanbaru 2 - 2 Persija Jakarta (April Hadi 39', Zahrul Azhar 52' ; Ismed Sofyan 10', Bambang Pamungkas 20')


Selengkapnya...

Monday, September 13, 2010

Profil & Sejarah : Arema FC


Nama : AREMA FC
Tanggal Berdiri : 11 Agustus 1987
Julukan : Singo Edan
Situs Official : http://aremafc.com
Stadion : Kanjuruhan, Malang
Kelompok Supporter : Aremania
Sejarah Singkat :
Arema atau Arek Malang yang sekarang lebih dikenal dengan Arema FC Indonesia didirikan pada 11 Agustus 1987 atas prakarsa Acub Zaenal. Mulanya klub ini diberi nama Aremada, gabungan antara Aremada 86 dan Arema pada era Galatama. Nama Aremada kemudian kembali diganti menjadi Arema 86.
Hingga akhirnya nama Arema 86 diganti menjadi Arema dan tanggal 11 Agustus 1987 ditetapkan sebagai tanggal berdirinya Arema oleh notaris Pramu Haryono, S.H. dengan no. 58. Sejak saat itu, Arema mulai menggelar persiapan layaknya sebuah tim profesional. Baik itu menyangkut skuad timnya maupun fasilitas bagi semua pemain dan ofisialnya.
Masalah fiansial menjadi kendala berjalannya kiprah Arema di era Galatama hingga akhirnya kepemilikan diambil alih oleh PT Bentoel Internasional Tbk pada pertengahan kompetisi 2003. Karena krisis finansial ini, Arema juga turun ke Divisi I, tetapi berhasil kembali promosi ke Divisi Utama Liga Indonesia.
Prestasi Arema pun menjadi stabil dan berhasil lolos ke kancah Liga Super hingga akhirnya berhasil menjuarai Liga Super Indonesia edisi ke-2. Selain itu, Arema juga berhasil mencatatkan diri menjadi klub yang pertama menjuarai Piala Indonesia 2 kali berturut-turut (tahun 2005 dan 2006).

Prestasi :

Galatama :

Juara: tahun 1992/1993

Liga Indonesia :

Format Lama:

1994/95: Peringkat ke-6 Divisi Utama Wilayah Timur
1995/96: Peringkat ke-12 Divisi Utama Wilayah Timur
1996/97: Peringkat ke-3 Divisi Utama Wilayah Barat
1997/98: Kompetisi dihentikan
1998/99: Peringkat ke-3 Divisi Utama Wilayah Tengah
1999/00: Babak Delapan Besar Divisi Utama
2001: Babak Delapan Besar Divisi Utama
2002: Babak Delapan Besar Divisi Utama
2003: Peringkat ke- 17 Divisi Utama (Degradasi ke Divisi I)
2004: Juara Divisi I (Promosi ke Divisi Utama)
2005: Babak Delapan Besar Divisi Utama
2006: Babak Delapan Besar Divisi Utama
2007: Babak Delapan Besar Divisi Utama (Lolos Superliga)

Format Baru (Liga Super Indonesia:

Juara: ISL 2009/2010

Piala Indonesia

Juara: 2005, 2006

Posisi akhir di Indonesia Super League:

ISL 2008/2009: Peringkat ke-10
ISL 2009/2010: Peringkat ke-1


Selengkapnya...